Selasa, 27 September 2016

Lebih Baik Mati Ditembak Peluru Dari Pada Mati Digigit Nyamuk!

Source : inilah.com
Lima hari lagi kita akan merayakan peringatan G 30 S PKI, yaitu suatu kejadian dimana Partai Komunis Indonesia dalam upaya menegakkan kekuasaannya melakukan pembunuhan keji terhadap tujuh Jendral kita.

Saya tidak ingin membahas peristiwa tersebut, tetapi saya ingin berbagi dengan anda pengalaman masa remaja saya, bagaimana ayah saya membangun rasa kebangsaan atau Nasionalisme dalam diri saya sejak remaja.

Pasca peristiwa G30 S PKI banyak kebijakan pemerintah yang dinilai banyak fihak termasuk mahasiswa tidak memihak rakyat, misalnya devaluasi nilai rupiah dari Rp. 1000 jadi Rp 1, menaikan harga minyak bumi dll. Maka dibentuklah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia/KAMI, 10 Januari 1966 yang mengajukan TRITURA pada presiden.

Tritura adalah TRI TUntutan Rakyat yang berisi :1. Bubaran PKI, 2. Retooling (Penggantian/Pembersihan) Kabinet dari unsur PKI dan Turunkan harga bahan pokok.

Suatu sore, ayah saya seperti biasa duduk duduk dengan kami, ibu saya, saya dan beberapa paman bercerita tentang Tritura dan demo mahasiswa serta pelajar.

Diujung pembicaraan itu, ayah saya mengatakan, setengah instruksi : “Elly ikut tuh berjuang dengan mahasiswa dan pelajar pelajar itu. Apa yang mereka perjuangkan itu benar.Pemudalah yang harus tegak dan berdiri membela rakyatnya. Waktu ayah muda, ayah berjuang juga melawan penjajah. Sekarang kalian berjuang membela yang benar, bela Kebenaran!” tegas ayah saya.

Mulai hari itu saya berusia 14 tahun bergabung dengan KAPI ( Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia). Saya ikut hampir semua kegiatan dari rapat, demo, P3K ( kebetulan saya sudah kursus sejak SMP kelas 1), dan dapur umum. Dalam rapat Presidium Kesatuan Aksi, saya paling muda.

Walau rapat sampai malam, ayah dan ibu saya selalu mendukung. Beliau mendengarkan ‘laporan pandangan mata’setiap saya pulang dan tetap menyemangati.

Beliau selalu menutupnya dengan :”Pegang kepercayaan yang ayah berikan sama Elly ya!”.

Tanggal 24 Februari 1966, mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam KAMI dan KAPI melakukan demo di lapangan Banteng, Jakarta dengan tuntutan yang sama TRITURA. Dalam usaha mengendalikan massa mahasiswa dan pelajar ini fihak aparat menggunakan senjata.

Terdengar letusan senjata api yang kemudian diketahui menembus dada salah seorang mahasiswa kedokteran UI bernama Arif Rahman Hakim. Peserta demo semakin banyak dan penuh semangat bergerak kearah istana dengan berbagai yel yel..Saya berada dalam kerumunan itu..

Di depan istana terdengar tembakan lagi dan kini yang gugur adalah seorang pelajar SMP seperti saya, kemudian diketahui namanya : Ikhwan Ridwan Rais( Saya terbayang wajah sedih ibu bapaknya yang kehilangan anak tunggalnya).

Semua demonstran bubar, kucar –kacir, ketakutan!. Saya ingat benar, saya berlari tidak berhenti.

Rumah kami terletak dua blok dari Merdeka Utara. Saya menyebrang jalan Merdeka Utara masuk jalan Pecenongan dan diujungnya belok kiri ke Sawah Besar.

Ayah dan ibu saya serta beberapa paman serta Bibi saya yang datang dari Aceh mengikuti Kongres Muhammadiyah sedang duduk duduk di beranda depan minum teh. Melihat saya berlari lari, ayah saya berdiri,mengikat sarungnya dan menghampiri saya dengan tergopoh gopoh.

Sambil memegang kedua bahu saya, beliau bertanya :” Ada apa nak hah..?, ada apa?”. Lalu saya menceritakan apa yang terjadi.

Tanpa saya duga, ayah saya memandang saya tajam lalu tangan kirinya memegang bahu kanan saya dan berkata :” Kenapa Elly pulang nak ?”.

Saya menjawab bingung : “Takuut yah !”

Ayah saya mengangkat tangan kanannya tinggi sekali, menunjuk kearah istana dan berkata dengan tegasnya :”Ayah bilang Elly BALIK!, balik ke Istana!”.

Saya memandang ayah saya dengan rasa takut, heran, bingung campur aduk jadi satu.

Yang keluar dari mulut saya Cuma :”Haah?”
Ayah saya meneruskan perintahnya dengan menundukkan sedikit kepalanya sehingga matanya sejajar dengan mata saya dan mengucapkan kalimat diatas

:” Ayah lebih suka anak ayah mati ditembak peluru, dari pada mati dikamar ( sambil menujuk arah kamar tidur saya ), digigit nyamuk, Faham?. Balik !.

Saya berdiri mematung, dan datanglah malaikat penyelamat saya: ibu saya tersayang.

Beliau langsung ambil posisi, berdiri didepan saya dan berhadapan dengan ayah saya. Dengan pelahan beliau mengatakan : “Elly, capek Yah, dan dia lagi ketakutan!.

Beliau menoleh kebelakang dimana saya sedang berlindung : “Iya kan nak ?’, saya mengangguk dan dengan kencang meremas tangan kiri ibu saya yang diulurkannya kebelakang tubuhnya . “Elly juga lapar Yah! Dan memastikan sambil menengok belakang lagi, dan saya mengangguk ‘Juga belum sembahyang’, iya kan nak ?” Tanya nya pada saya.

Ayah saya langsung duduk dan dengan pelan mengatakan : Yah sudah sana, makan dan sholat dulu, abis itu balik lagi ke istana!”

Sambil makan ibu saya mendengarkan cerita saya yang menakutkan tegang dan seru.

Setelah sholat ibu saya mendekati saya dan mengatakan: Patuh sama apa yang disuruh ayahmu, balik tapi jangan sampai ke istana ya, sampai Pecenongan saja.kalau ada demo ikut Dermayu Demo Bhisono
.. tapi jangan sampai ke istana!”…ulangnya lagi.

(Terharu… mengenang semuanya… Ya Allah sayangilah kedua orang tuaku, sebagaimana beliau menyayangiku dulu..)
Bukan sekali ayah dan ibu saya mengajarkan saya untuk berjuang bagi kepentingan orang banyak.

Umur 12 tahun saya diajak ayah saya ke Notaris, yang saat itu tahun 1963, sangat jarang di Jakarta. Saya diajak ayah saya untuk menyaksikan beliau membuat akte pendidirian sebuah Yayasan Pendidikan untuk Aceh. Disitu saya belajar apa itu Notaris, akte dan yayasan.

Teringat sekali saya diusia sepuh dengan enam cucu ini, apa yang dikatakan ayah saya : “Ini yayasan pendidikan untuk Aceh. Nanti kalau Elly sudah besar bergerak dalam pendidikan ya nak, dan jangan pernah tinggalkan Aceh. Pendidikan itu sangat penting, karena Pendidikanlah yang Me- Manusiakan Manusia!”. y

Saya tidak faham apa yang dikatakan ayah saya, maka saya tanyakan pada beliau dan beliau menjelaskannya dan memastikan saya mengerti apa yang dimaksudkannya.

Banyak lagi kisah yang tak mungkin saya tuturkan disini, tapi apa yang saya ingin sampaikan pada anda adalah bahwa kecintaan pada tanah air, bangsa dan kedaulatan negeri itu dimulai dari rumah, akarnya ?: di PENGASUHAN..!

Marilah mulai menanamkan rasa cinta dan keperdulian pada kebenaran, kebanggaan pada bangsa dan Negara, kampung halaman, kepemilikan terhadap harta yang dimiliki bangsa , dibawah tanah, diatasnya dan dikedalaman samudra yang terbentang seolah tak bertepi.

Seperti ayah dan ibu saya,anda bisa duduk dengan anak anda bercerita tentang daerah dimana anda berasal saja dulu.

Apa potensi yang dimiliki, bagaimana selama ini diolah dan dimanfaatkan, bagaimana pembagian hasil dengan pusat, apakah penduduk menikmatinya apakah tidak?.

Bagaimana kedepan teknologi digunakan untuk memanfaatkannya dan mensejahterakan dan mencerdaskan orang kampung anda.

Saya teringat, ketika suatu hari anak bungsu saya berlari lari turun tangga dan menangis sedih.

Ketika sudah tenang, dia bercerita dia baru saja menemukan betapa sebenarnya ketika tanah Irian yang sekarang digali emasnya oleh Freeport, saat di temukan dulu emas ada di permukaan tanah setebal 60cm!.

Pada usia 10 tahun dia juga pernah jadi pembicara di Musium bahari, dan dengan gaya kekanak kanakannya mengimbau Mentri Perhubungan waktu itu ( Kita belum punya mentri Kelautan apalagi Menko Maritim) untuk menyelamatkan terumbu karang.

Ketika dia usia TK, saya menunjukkan menceritakan padanya sebuah buku tebal yang ditulis oleh kenalan kami anggota kelompok penyelam dunia Guy De La Valdene hasil foto foto indah dari Pulau Sipadan dan Ligitan yang kemudian lepas ke tangan Malaysia.

Kini, Pilkada diselenggarakan hampir serentak diseluruh propinsi. Jangan biarkan kesempatan emas ini berlalu.

Berceritalah pada anak anda diatas 10 tahun, tentang apa itu Pilkada bagaimana prosesnya. Ada berapa calon yang maju dan siapa mereka, latar belakangnya, partai yang mereka wakili atau calon independent.

Sodorkanlah data data atau ajarkan mereka untuk mencarinya sendiri dengan pendampingan, karena internet tidak selamanya aman.

Berusahalah seadil dan seterbuka mungkin, biarkan anak mengalami proses Berfikir, Memilih dan Mengambil Keputusan (BMM) untuk dan atas namanya sendiri, pemimpin yang mana menurut dia yang pantas jadi pemenangnya dan apa alasannya.

Negara kita sekarang ini menghadapi banyak sekali tantangan dan ancaman menyangkut kedaulatan dan kekayaan alamnya.
Anak anak kitalah pemiliknya dimasa datang.

Sejak kecil mereka harus tahu dan sadar akan hak dan kewajibannya dan juga kebanggan menjadi anak Indonesia. Kalau bukan kita yang mengenalkannya dan menanamkan rasa Kebangsaan dan Nasionalisme, lalu siapa ?.

Anda, seperti saya, pasti akan terkejut kejut mendengarkan pendapat dan pemikirannya.

Ayo kita ciptakan pemimpin dan negarawan masa depan , disamping mengerjakan PeEr dan tugas les lainnya, cobalah menanamkam nilai nilai mulia mulai sekarang dan jangan berhenti sampai semangat nasionalisme membara di dadanya!

Terinspirasi dari Pilgub DKI

#Elly Risman
Akhir September 2016

Penulis

Pakar pendidikan

Filosofi Orang Jepang Mengenai Empati

Source : www.google.com

Hubungan antar manusia yg paling tinggi levelnya, yang terus diajarkan dari generasi ke generasi, diajarkan sejak balita & menjadi kiblat orang Jepang adalah "Empati".

Empati atau mem-posisi-kan diri menjadi ORANG LAIN
(memposisikan diri kita menjadi lawan bicara).

Kalau sedang ngomong sama Orang Tua, cobalah untuk menjadi orang tua yang sering "kebingungan" itu.

Sedang ngomong dengan "Anak Anda", maka jelmakan diri Anda menjadi anak yang bandel.

Sedang ngomong ke Customer atau Downline, maka menjelmalah menjadi dia terlebih dulu.

Mau ngomong ke Upline, Sahabat, Musuh, maka jadikanlah diri Anda diri mereka terlebih dulu & bila Anda menjadi dia, "apa yang ingin Anda dengarkan?"

Kenapa dompet yang jatuh di kereta Jepang, kemungkinan besar AKAN balik ke pemiliknya?

Karena yg menemukan langsung akan berpikir, bila uang di dompet ini saya ambil... Jangan-jangan yang punya, gak punya uang lagi, gajian baru bulan berikut nya, dia pasti akan bingung bayar hutang, bingung bayar listrik, bingung beli makan, nanti dia akan dimarahin istri, anak dia akan kelaparan atau dia akan mati karena perbuatan saya ini.

Ya, mereka selalu berpikir tentang Empati.

Itulah makanya negaranya aman & cepat maju karena sejak kecil sudah diajarkan Empati.

1. Yang ketahuan korupsi, bunuh diri karena malu.

2. Pejabat yang merasa gagal akan mundur, karena dia pakai kacamata rakyatnya.

3. Wanita pulang kerja malam hari terjamin keamanannya, karena para pria berpikir, gimana kalau itu adik, anak atau istri saya.

Senin, 19 September 2016

Sahabat Sekolah TOEFL (SST) NTB,”Yuks.. Bermain Sambil Belajar!”

source : original file






            Dalam rangka meningkatkan mutu  pendidikan anak usia dini, komunitas Sahabat Sekolah TOEFL (SST) NTB berkomitmen untuk memberi manfaat kepada anak-anak penerus bangsa secara khusus, serta masyarakat secara umum dengan berkunjung Ke salah satu perpustakaan yang terletak di Dusun Kekait thoyibah, Desa kekait Kec. Gunung Sari Kab. LOBAR dengan nama “Laskar Baca”.
Laskar Baca

            Adapun Tujuan dari acara yang diadakan di hari minggu tanggal 24 april 2016 ini selain sebagai jembatan untuk memberi bantuan berupa buku, pakaian dan sumbangan finansial, juga sebagai ajang memepererat silaturrahmi dengan pengurus perpusatakaan “Laskar Baca”, yakni “Laskar Pelangi”.
Pengurus Laskar Baca

            Dalam sambutannya, Ketua SST–NTB; Yogi Zulkarnaen menyatakan “Anak-anak harus sudah di doktrin untuk menyukai buku sejak dini, supaya mereka terbiasa untuk membaca”, dan inisiatif di bangunnya Perpustakaan taman Baca ini perlu di apresiasi oleh semua pihak”, tambahnya. 
Sambutan Ketua SST-NTB


            Tema dari acara kunjungan ini adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui Semangat membaca. Rangkaian acara yang dihelat terbagi menjadi dua sesi, Sesi pertama adalah sesi semi formal dan sesi kedua adalah sesi bermain sambil belajar. Pada sesi kedua ini adik-adik di Laskar Baca disuguhkan oleh pertunjukan-pertunjukan ilmiah dan cerita edukatif dari kakak-kakak dari komunitas SST-NTB. Disamping itu, suasana semakin cair setelah permainan edukatif dimulai. Wajah ceria serta antusiasme tampak sangat jelas terlihat dari air muka adik-adik Laskar Baca. Semoga mereka menjadi penerus bangsa Agama dan negara, dan menjadi generasi emas terbaik Indonesia.

Keceriaan adek-adek Laskar Baca

            Sebagai informasi tambahan, Sahabat sekolah TOEFL adalah sebuah komunitas yang berdiri sejak bulan September 2015 yang terbentuk dari sebuah grup belajar online berupa Test Of English Foreign Language (TOEFL) yang saat ini ada di seluruh Indonesia. Dimentori dan didirikan Oleh Budi Waluyo, M.A. Saat ini Budi Waluyo sedang menempuh pendidikan S3 di salah satu universitas terkemuka di Amerika, Lehigh University.

Sabtu, 17 September 2016

BIAWAK IS THE JAWAKZ (The Untold Story of My History)

Source image : Google.com




                Jadi ceritanya hari ini adalah hari minggu, dimana kebiasaan anak muda di pagi ini adalah lari-lari alay. Kebetulan rumah  gue yang sekarang tidak jauh dari jalan baypass atau bahasa umumnya jalan TOL, jadi untuk menikmati keramaian minggu di pagi hari gue bisa leluasa ke sana. Hanya saja, ketika loe menginginkan sesuatu yang berharga, loe pasti menemukan rintangan yang tentunya loe harus lewati, yapz dan gue juga melewati rintangan berupa jalan-jalan setapak yang dipenuhi kerikil, berpasir, dan banyak bekas E e’ sapi, wkwkwk.
            Jadi di desa gue tu emang banyak peternak sapi, kambing, bebek, ayam, dan biawak. Khusus untuk ternak yang disebutkan di akhir (biawak), itu gak diternak juga banyak di dekat rumah, mereka selalu mengintai anak-anak ayam kesayangan gue, dengan gaya tentara amerika yang tiarap-tiarap cantik sambil menjulurkan lidahnya sesekali menjulurkan giginya juga, soalnya sambil latihan casting iklan pasta gigi, para jawak (biawak) siap beraksi.
            Di belakang rumah gue kebetulan ada kolam , gedeee bangeet, mewah, Cuma ada sayur-mayur juga yang tumbuh di sono, sengaja gue gak pernah pake mandi, gak level mandi di kolam. Itu kolam ikan!
            Gue emang gak biasa mandi di kolam, gue biasanya mandi di telabah (Sungai mini), jadi kolam yang gue maksud banyak banget ikannya, itu memang ikan yang di ternak tp gak satu jenis, itu menggambarkan indonesia yang menampung berbagai macam bentuk manusia di dalamnya, tapi selama tiga bulan kolam itu ada, gue gak pernah dapat menikmati hasil dari kolam itu, ternyata gue lupa kalo itu kolam bukan punya gue, itu punya tetangga!
            Pernah suatu ketika, di musim kemarau, air di kolam itu mulai menyusut. Dan oleh pemiliknya, ikan-ikan itu dipindahin, entah pindahnya kemana, barangkali mereka mengungsi di tenda-tenda terdekat, entahlah!
            Kolam mulai kering, ikan-ikan segera di ambil, metode yang digunakan untuk mengambil ikan itu ternyata bukan di jaring, tapi airnya di buang ke luar arena. Setelah beberapa saat dari dipindahkannya beberpap ikan, gue bilang beberpa karena ternyata masih ada ikan-ikan kecil yang masih tertinggal di sono.
            Sore menjelang, gue observasi tuh kolam, dan betapa terkejutnya gue ngeliat pemandangan menjengkelkan! Loe tahu apa yang gue lihat? Sini gue bisiskin... spspspsppssssttt.. dodopdopsos ooppp... pssstt ssstt.. isisiskkkkpppp.. fffppp.. hjehhoooepeourieuiowwppppwii.0eife.
            Sorry keyboard gue mulai resek, udah paham kan apa yang gue maksud?
            Ooh belum, jadi bisikan di atas artinya : Gue ngeliat seekor biawak sedang mengelus-elus perutnya yang buncit di seberang kolam ikan itu, dan gue lihat ke arah kolam tak ada satupun tanda-tanda kehidupan, para ikan sudah almarhum karena telah dimangsa predator ulung si Jawak (Biawak).